Rabu, 08 Juni 2011

Post Pertama! Mari Menulis Cerita!!!

Anyeonghaseyo!
Ini bahasa Korea untuk halo!
Hmm... Ini post pertama ya?
Untuk post pertama saya mau membahas tentang menulis, tepatnya membuat cerita. Mengapa? Karena ini adalah hobi dan hal yang saya lakukan setiap hari.

Membuat cerita sebenarnya adalah hal yang mudah, triknya adalah mempunyai imajinasi dan kreativitas serta arus pikiran yang liar dan tidak terkekang. Mari saya buat contoh. Saya ambil contoh, plot cerita yang saya mau tulis suatu hari nanti pada saat kemampuan menulis saya sudah melebihi sepuluh ribu kata omong kosong.

Plot cerita saya dimulai dari sebuah ide sederhana: cerita komedi romantis antara 2 tokoh utama yakni pria miskin dan wanita kaya. Awalnya saya membuat usia tokoh utama dalam rentang usia anak SMA. Si pria miskin kemudian saya beri tambahan si pria ini kerja serabutan sehingga tidak sempat memikirkan tentang cinta dan pacaran. Kenapa kerja serabutan? Awalnya saya membuat alasan karena orang tuanya miskin dan dia punya banyak sekali adik. Kemudian si pria tersebut disukai secara diam-diam oleh si wanita kaya, si wanita kaya tersebut tidak mau memberitahu keadaan sebenarnya dan menyamar sebagai murid miskin juga. Mengapa? Karena si pria tidak suka dengan gadis kaya / nona besar. Kenapa pria tersebut tidak suka? Karena ayahnya pergi, bercerai dengan ibunya dan menikah lagi dengan wanita yang kaya, setelah diceraikan oleh ayahnya si ibu sempat depresi dan melakukan percobaan bunuh diri (gantung diri) padahal si ibu sedang hamil tua, untung saja si pria melihatnya dan berhasil menyelamatkan nyawa ibunya. Namun, adiknya lahir dengan kecacatan saraf (cerebral palsy) akibat trauma pada masa kehamilan (prenatal). Sejak saat itu si pria membuang mimpinya menjadi pelukis dan bekerja sambilan untuk membantu keuangan keluarga (karena si ibu sudah tidak dapat bekerja, adiknya perlu biaya besar untuk perawatan dan si pria tidak sudi menerima tunjangan yang diberikan oleh ayahnya yang sudah menikah lagi). Hal ini terjadi pada masa remaja si pria dan meninggakan pengalaman traumatis bagi si pria. Sejak saat itu si pria memandang rendah semua gadis muda kaya yang tidak pernah bekerja dan merasa dapat mendapat segala sesuatu dengan uang. Dengan demikian maka jikalau saya bersikeras membuat usia tokoh utama adalah anak SMA akan sangat susah dan tidak masuk akal bukan? Maka usianya saya buat menjadi sekitar pertengahan 20-an. Maka plot cerita yang ada akan lebih cocok diterapkan pada kedua tokoh utama saya ini. Kalau alasannya seperti ini akan susah menjadi cerita komedi romantiskan? Oleh karena itu genrenya mulai berubah menjadi drama romantis serius. Di sini kita bisa melibat perubahan dan evolusi dari ide sederhana menjadi sebuah ide atau plot yang lebih rumit. Mari saya teruskan...

Sebuah ide tidak akan bagus menjadi plot cerita jika tidak ada kausalitas (sebab-akibat) dan kontinuitas (kesinambungan antara cerita di awal dengan cerita di akhir, alias nyambung). Selain itu jika ditambahkan plot twist (jalan cerita rumit) maka akan lebih menarik lagi. Mari kita ambil contoh dari cerita saya lagi. Si pria tidak suka dengan wanita kaya bukan? Nah pria tersebut selalu memikirkan tentang bagaimana cara membalas dendam kepada ayahnya dan kepada wanita kaya yang dinikahi ayahnya. Namun pertemuannya dengan si wanita tokoh utama kita membuatnya mulai melupakan ide balas dendamnya tersebut dengan kekuatan cinta dan mulai memikirkan kembali impiannya menjadi pelukis terkenal yang sudah lama dilupakannya demi memberi makan keluarganya. Namun alangkah kagetnya si pria sewaktu tahu bahwa wanita yang dicintainya adalah anak dari wanita yang dinikahi oleh ayahnya (wanita yang dinikahi ayahnya sebenarnya janda beranak satu). Maka dia dihadapkan pada dua pilihan: memilih cinta yang memberinya bahagia yang sudah lama jadi impian atau balas dendam yang lama terpendam kepada orang yang merusak keluarganya yakni ayahnya dan wanita yang dinikahi ayahnya. Nah ini adalah plot twist dalam cerita saya. Penonton yang membaca cerita saya nanti pasti juga akan seperti menghadapi dilema dan penasaran jalan mana yang akan diambil si pria tersebut. Nah dari sini kita dapat melihat bahwa suatu keadaan yang 'menggantung' dan dapat dimengerti oleh pembaca dapat memberikan suatu perasaan seakan-akan pembaca sendirilah yang mengalami hal tersebut. Pembaca akan menjadi salah satu tokoh dalam cerita. Perasaan seperti inilah yang harus dipertahankan oleh penulis. Pembaca bukan hanya melihat huruf-huruf namun membayangkan dirinya mengalami hal-hal yang dilukiskan oleh huruf-huruf tersebut. Kontinuitas dalam plot contoh saya di atas adalah seperti berikut: dendam si pria yang hilang di tengah-tengah cerita (karena fokusnya pada hubungan pria-wanita) muncul lagi di akhir cerita, karena dalam kenyataan dendam susah hilang (tidak seperti sinetron), kausalitas juga terpelihara: si pria benci dengan wanita kaya / tipe nona besar karena pengalaman masa remajanya yang traumatis. Kurang lebih seperti itulah.

Kalau anda melihat tulisan-tulisan di atas, pasti akan timbul pertanyaan: "Mengapa sepertinya tulisannya sedikit tidak menyambung dan membahas topik yang satu dengan yang lain secara bersamaan?"
jawabannya adalah karena saya menulis sambil membiarkan pikiran saya berjalan terus, jadi saya hanya menulis apa yang saya pikirkan dan pikiran saya merangkaikan berbagai ide secara realtime dan hasilnya adalah apa yang Anda baca.

Setidaknya ada kesempatan ini hanya itulah saja yang dapat saya sampaikan, selamat bergabung pada tulisan saya yang lain lagi.

Anyeong!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar