Minggu, 05 Februari 2012

Catatan dari Negeri yang Jauh : Edisi Sikori 2

17-3-1821 - Serion
Hari ini jaringan telekomunikasi sebagian sudah berfungsi kembali, termasuk layanan internet dan telepon selular. Aku berhasil menghubungi beberapa rekan-rekanku. Mereka umumnya tersebar di Barat, bahkan beberapa di antaranya sudah mendaftar masuk ke Milisi. Aku juga ingin demikian, namun aku harus membujuki ibuku terlebih dahulu. Aku juga berusaha mengupdate informasi terbaru mengenai situasi di Latusa, apa yang kudapatkan ternyata malah menimbulkan kekhawatiran.

Dari apa yang aku baca di Internet dan lihat di televisi, Gasan sudah menguasai hampir seluruh daerah Latusa Utara kecuali daerah di sekitar kota Satias dan Fisora. Saat ini batalyon tentara ke enam dan tujuh dan dua belas resimen milisi berusaha mengambil kembali kota Latoso di Barat sehingga akan menjepit gerakan tentara Gasan yang menyerang Satias. Aku berharap mereka berhasil karena lawan mereka adalah Korps Tank ke-2 Gasan yang terkenal itu.
Sementara sidang di PND tidak menghasilkan apa-apa selain kericuhan. Pihak Gasan dan sekutunya berusaha membenarkan agresi mereka ke Latusa. Sementara pihak Latusa dan negara-negara APHS mengecam agresi tersebut. Kalau sampai Gasan tidak menarik mundur pasukannya dari ibukota Satias, makaHelian sebagai negara pemimpin APHS mengancam akan mengambil tindakan militer walau tanpa seijin PND. Negara pendukung Gasan seperti Sinara juga balik mengancam akan ikut mengirim tentara darat dan angkatan lautnya ke Sikori jika Helian ikut campur. Namun kalau Sinara menempatkan angkatan lautnya memasuk Laut Danta Utara, Seneko tentu saja akan merasa terancam dan akan menggerakkan armada ke-3 dan ke-4 ke Samudra Kisela yang tentu saja akan mengancam kedaulatan laut Sinara. Namun jika Seneko menggerakkan armada lautnya ke Samudra Kisela atau Laut Danta, Krisan mengancam akan menutup Terusan Ismis bagi kapal-kapal Seneko dan mengerahkan Armada Laut Barat mereka. Kalau Krisan mengerahkan Armada Barat mereka maka Helian akan mengerahkan armada laurnya baik ke Laut Danta dan Laut Isma, namun hal ini berarti sama saja Helian mengumumkan perang ke Krisan. Hubungan 4 negara adidaya dunia yang saling rumit dan saling bersaing satu sama lain inilah yang membuat hasil sidang PND tidak menghasilkan hal-hal yang berarti. Konflik di Sikori ini dapat menjadi lokasi perang besar antar negara adidaya yang dapat menjadi Perang Dunia. Negara Adidaya yang tersisa, Persemakmuran Aseri lebih memilih untuk abstain. Namun efek dari kemungkinan perang ini sudah mencapai seluruh dunia. Berbagai negara lain mulai memilih sikap; ada yang memilih bergabung dengan blok Seneko-Helian, ada yang bergabung dengan blok Gasan-Sinara, ada yang bergabung dengan blok Krisan, ada pula yang mencoba netral seperti Aseri.
Sementara itu karena selain Latusa, Gasan juga menyerang Tragon. Hal ini membuat Latusa dan negara-negara Sikori Selatan seperti Taraksa, Sikon dan Tragon membentuk "Aliansi Sikori Timur" untuk melawan ekspansi Gasan ke Selatan. Hal ini dikarenakan bukan rahasia umum lagi bahwa Gasan tidak akan berhenti dengan Latusa saja namun juga mengincar kota-kota pelabuhan Taraksa dan Sikos yang menghadap langsung ke Laut Danta dan Papu. Walaupun demikian para ahli memperkirakan aliansi ini sendiri tidak dapat akan dapat bertahan lama menghadapi Gasan, karena selain Latusa, hanya kekuatan militer Taraksa saja yang paling kuat, sementara militer Tragon sangat kecil dan militer Sikon tidak terlalu bersatu akibat konflik dalam negeri dan tidak ada kontrol kuat dari pemerintah pusat. Sementara Gasan dan sekutunya Sinara, merupakan negara dengan kompleks industri militer yang terkuat di Sikori dan Karduna. Walau para ahli memperkirakan demikian, namun aku yakin Latusa tidak akan jatuh dengan mudah.

Sementara aku menghabiskan waktu mencari informasi baru. Prisa dan Efasa sudah menemukan hal yang dapat mereka lakukan yakni menjadi perawat di 'rumah sakit' tenda di depan rumah paman. Walau mereka masih muda dan tidak tahu apapun tentang merawat pasien namun mereka dengan giat belajar dan berusaha sebaik mungkin dengan bantuan Furasa. Aku sedikit lega, karena Efasa dapat menemukan hal yang dapat dia kerjakan sementara kami menunggu berita mengenai keluarganya. Setidaknya hal ini akan menyibukkan pikirannya untuk sementara.
Ayah sudah bergabung kembali dengan Komando Pertahan Milisi Utara ke-2. Ayah sibuk mengorganisasi jalur pertahanan darat bersama dengan kepala milisi dan tentara setempat. Tidak ada yang menyangka bahwa seoarang pekerja kantor biasa merupakan lulusan akademi militer dari Mieri, Helian dan Letnan Komando Pertahanan Milisi Satias. Namun aku mendengar bahwa ayah akan dipromosikan menjadi Mayor Milisi. Sementara Ibu mengobati pasien bersama dengan paman. Kata ibu tenaga medis saat ini sangat diperlukan karena banyak dokter dan paramedis di Serion mendaftarkan diri ke milisi menjadi tenaga medis di garis depan. Sampai-sampai ibu berkeliling 4 rumah sakit untuk hari ini saja, karena Dokter Spesialis Jantung yang tersisa di Serion hanya 2 orang saja.
Akupun juga tidak ingin ketinggalan. Paman sudah mencarikan pekerjaan untukku, walau ibu melarang aku untuk bergabung dengan milisi garis depan namun dia tidak melarang aku menjadi Staf Biro Logistik Departemen Tenaga Kerja yang mengatur logistik tentara. Besok aku akan bertugas di Bandara Samus untuk membantu mentransportasi logistik yang diperlukan oleh tentara dan milisi di sekitar Serion.

Seperti biasa, setiap beberapa jam terdengar bunyi sirene serangan udara dari Gasan. Jet-jet tempurnya berusaha untuk menghancurkan pelabuhan-pelabuhan yang tersisa dan juga rel-rel kereta di Serion dan sekitarnya untuk mengisolasi Serion dari Latusa Selatan. Terkadang serangan mereka berhasil, terkadang serangan mereka berhasil dipukul mundur angkatan udara dan meriam antiudara. Hari ini saja sudah 8 pesawat tempur Gasan berhasil ditembak jatuh, walaupun demikian angkatan udara juga kehilangan 6 pesawat yang tempur yang sangat berharga. Berarti hanya tinggal 9 pesawat tempur saja yang dapat melindungi Serion. Aku harap janji Helian dan Seneko untuk membantu Latusa dapat dengan cepat ditepati.

18-3-1821 - Serion
Aku batal bekerja di Bandara Samus. Pagi tadi 4 skuadron udara Gasan berhasil menembus pertahanan antiudara dan menghancurkan sebagian besar terminal dan landasan pacu bandara Samus. Walau pihak mereka kehilangan 5 pesawat tempur namun kami kehilangan bandara yang juga sangat penting bagi kelangsungan Serion untuk mempertahankan diri dan juga 3 peswat tempur yang tersisa. Setelah rel kereta dihancurkan 3 hari yang lalu dan kali ini bandara, maka suplai makanan dan persenjataan ke Serion hanya dapat melalui jalan darat dan laut saja yang tentu saja akan mengurangi suplai yang dapat diterima dalam sehari. Selain itu jalur laut rawan serangan kapal selam Gasan. Pesawat tempur juga terpaksa mengganti pangkalannya ke sebuah bandara kecil 20 km ke selatan, yang tentu saja akan menyulitkan usaha mempertahankan kota Serion.
'Rumah sakit' di depan rumah paman sudah mulai berpindah ke trotoar karena halaman saja sudah tidak mampu lagi menampung pasien yang erus saja berdatangan. Konon katanya jumlah pengungsi di Serion sudah mencapai 9 juta jiwa. Warga sudah susah mendapatkan makanan dan air bersih serta tempat tinggal yang layak walau hampir semua bangunan perkantoran dan hotel di Serion sudah diubah menjadi tempat pengungsian. Prisa dan Efasa juga kewalahan dengan tugas bar mereka sebagai perawat. Walau demikian mereka tetap berusaha sebaik mungkin.
Karena sebagian besar landasan bandara sudah tidak dapat digunakan sampai berhasil diperbaiki, dewan Milisi Serion bekerja sama dengan aparat pemerintahan Kota akan menyulap Jalan Bebas Hambatan No.2 atau Tol 2 di selatan kota menjadi landasan pesawat darurat. Tol 2 adalah Jalan Bebas Hambatan yang cukup baru, sangat lurus, dan dirancang untuk menampung beban berat sehingga cocok untuk dijadikan landasan pesawat udara. Namun sebelum itu kami perlu memotong semua tiang lampu dan marka jalan di sekitar Tol 2 agar sayap pesawat tidak menabraknya.
Bersama-sama dengan warga Serion, pengungsi, milisi dan militer, aku turut serta dalam proyek ini. Aku beruntung karena dapat memotong tiang listrik dengan gergaji mesin sementar akibat jumlah gergaji mesin hanya sedikit, beberapa orang sampai membawa gergaji tangan dan obor las untuk memotongnya. Bahkan ada yang menarik jatuh tiang-tiang listrik dengan menggunakan traktor, truk dan alat-alat berat lainnya.
Kami perlu membebaskan sekitar 3 kilometer Jalan Tol 2 dari segala bentuk marka jalan dan tiang listrik, kemudian menyiapkan lampu-lampu agar landasan masih dapat dipakai pada malam hari. Sampai sore hari kami baru bisa menyelesaikan 2 km. Walau masih belum mencapai target namun landasan sudah dapat dipakai sebagai landasan pesawat kecil.
Untuk mengamankan landasan darurat ini, 3 peluncur misil anti udara dan 6 meriam antiudara dipindahkan ke atap-atap gedung dan lapangan di sekitar tol 2. Sore ini juga beberapa pesawat kargo dari Helian yang tertunda mendarat di Samus dijadwalkan akan mendarat di tempat ini.
Aku harap Yusbi dan pesawatnya juga para pilot angkatan udara dapat menjaga landasan ini dari serangan musuh.

Sepulang ke rumah Paman, badanku sangat pegal dan linu sampai-sampai tanganku sulit digerakkan untuk menulis catatan ini saja. Besok kami harus menyelesaikan proyek pembuatan Landasan Udara darurat. Hari ini aku harus beristirahat dan mengumpulkan tenaga.

19-3-1821 - Serion
Hari ini ada 3 buah berita yang tidak mengenakkan. Pertama, di angkasa kota Fisora subuh tadi terjadi perang udara yang besar. 10 skuadron udara Gasan melawan 2 skuadron udara dari Fisora, 2 skuadron dari Serion dan 3 skuadron bantuan dari Ika. Sebagian besar pesawat tempur milik Latusa ditembak jatuh dengan kerugian 32 pesawat tempur, sebuah angka yang mengejutkan, karena ini adalah adalah keseluruhan jumlah pesawat tempur angkatan udara di daerah Utara, dan setengah jumlah seluruh pesawat tempur milik Latusa. Pesawat Fin-9 milik Gasan memang jauh melebihi pesawat YUs-5 milik Latusa. Pesawat yang selamat dialihkan ke Ika, untuk membantu mempertahankan ibukota Satias, karena dengan jatuhnya Fisora maka Satias akan terkepung dari Timur dan Barat. Kedua, angkatan udara Gasan berhasil menghancurkan sebagian besar posisi pertahanan militer di Fisora sehingga militer dan milisi dari Komando Pertahanan Milisi Utara ke-1 terpaksa meninggalkan Fisora dan mundur ke Serion. Ketiga, Pesawat Yusbi tertembak jatuh, dan keberadaannya tidak diketahui. Furasa dan ayah sangat sedih dan bibi Parna pingsan mendengar hal ini dari ayah. Pirsan dan Efasa juga merasakan kekhwatiran kami sehingga Pirsa tidak mau bekerja hari ini dan menemani kakak sepupunya Furasa dan bibi Parna.
Aku sangat khawatir tidak hanya karena Yusbi hilang namun juga karena hal ini berarti langit Serion tidak ada yang melindungi, sampai angkatan udara memindahkan skuadron yang tersisa dari tempat lain. Apakah pada serangan udara nanti landasan yang kami bangun dengan susah payah akan dijadikan target juga?

Sore itu kami sedang bekerja memasang lampu penerangan landasan sewaktu sirine serangan udara berbunyi. Aku dapat melihat bayangan hitam pesawat udara di kejauhan. Aku dan beberapa orang lain berlari mati-matian menjauh mencari perlindungan, tapi mau berlindung di mana? Jalan Bebas Hambatan berdiri 8 meter dari tanah, jalan keluar masih 600 meter lagi, sementara bayangan hitam pesawat terbang sudah semakin mendekat. Kalau terkena serangan takutnya kami berada dalam jarak ledakan. Namun kekhawatiran kami ternyata tidak beralasan, karena pesawat yang datang itu bukan milik Gasan maupun Latusa, namun merupakan bantuan skuadron udara yang datang dari Helian.
Dari tanah aku menatap langit melihat pertempuran udara antara kedua kubu skuadron udara tersebut. Pesawat-pesawat meliuk-liuk diantara awan. Lalu berubah menjadi bola api yang jatuh menghujam tanah. Aku hanya berharap tidak ada orang di sekitar tempat di mana pesawat musuh jatuh. Dalam waktu 10 menit, bunyi sirine serangan udara berhenti. 3 pesawat Gasan berhasil ditembak jatuh dan pesawat sisanya melarikan diri. Pesawat-pesawat Helian berputar-putar di atas langit kota, seakan-akan menunjukkan kemenangan mereka. Kami yang di tanah tanpa sadar bersorak-sorak kepada mereka mengucapkan terima kasih. Hal yang sebenarnya konyol, karena mereka tidak akan dapat mendengarkan apa yang kami katakan.

Aku dapat melihat wajah-wajah penduduk kota sedikit lebih cerah sewaktu mereka melihat tayangan televisi yang disiarkan lagsung dari Antus, ibukota Helian, di mana Kanselir Utama Helian, Iruniji berkata bahwa Helian dan negara-negara Aliansi Pertahanan Helian Selatan tidak dapat membenarkan tindakan Gasan menyerang Latusa dan bahwa tindakan Gasan tersebut merusak stabilitas dan kedamaian di kawasan Laut Danta. secara bersamaan Helian, Barana, Dantis, Pulke, Yiason, Anfil, Furem, Peruti dan Rikus mengumumkan perang kepada Gasan. Helian juga mengumumkan perang kepada Waro yang membantu Gasan menginvasi Trogon. Iruniji mengatakan bahwa sat ini Helian sudah mengirim Armada Barat ke-2 dari Mieri dan Armada Barat ke-3 dari Koreo yang berati akan ada 3 kapal induk utama (carrier) dan 6 kapal induk pendamping (escort carrier). Juga Bala Tentara Barat ke-2 dan 44 skuadron udara yang tergabung dalam Divisi Udara ke-3. Barana juga akan mengirim 12 resimen Tentara Pertahanan Diri dan satu-satunya armada kapal induk mereka. Dantis menutup Selat Dantis dengan mengerahkan armada kapal laut mereka untuk mencegah serangan kapal selam dan kapal laut dari Gasan di Laut Danta Selatan. Anggota APHS lainnya akan mengirimkan tentara darat dan kapal perang serta pesawat tempur mereka. Total kekuatan APHS yang terkumpul mencapai jumlah 5 kapal induk utama, 9 kapal induk pendamping, 59 kapal kelas frigate, 68 kapal kelas cruiser, 92 kapal kelas destroyer, 32 kapal selam, 526 pesawat tempur dalam 72 skuadron udara, dan lebih dari 500.000 tentara darat dan 3000 tank berbagai jenis akan berdatangan ke Latusa. Angka ini tentu saja tidak main-main. Ini adalah salah satu operasi militer terbesar yang pernah dilihat dunia.
Dengan kekuatan militer sedemikian besar yang mendukung Latusa aku ragu apakah Gasan masih ingin melanjutkan peperangan ini?

Setelah pulang, aku dapat melihat wajah tegang ibu menjadi lega. Dia takut aku mengalami hal-hal yang buruk sewaktu terjadi serangan udara tadi. Pirsa, Furasa, dan Efasa juga senang melihat bahwa aku baik-baik saja.
Malamnya paman, ayah, aku dan yang lainnya berbincang-bincang tentang campur tangan Helian dan APHS dalam perang ini. Aku sangat menyambut positif kedatangan Helian dan Aliansinya. Walau demikian ayah cukup skeptis, karena kalau Helian campur tangan makan negara lain seperti Sinara, Krisan dan Seneko akan ikut campur tangan dan akhirnya Latusa dan Sikori hanya menjadi lahan perang proksi antar negara adidaya saja. Seneko lawan Sinara. Krisan lawan Helian. Rival melawan rival. Namun Latusa tetap saja membutuhkan bantuan Helian dan Seneko kalau ingin memunyai kesempatan melawan Gasan.
Setelah mendengar pemikiran ayah mengenai hal ini aku merenungkan, apakah pemikiran ku bahwa perang akan segera selesai adalah sesuatu yang naif?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar