Minggu, 05 Februari 2012

Mencari Suara dalam Dunia Penuh Bunyi.

Spidol di tangan, papan putih di depan. Disuruh menggambar. Sederhana tapi susah jikalau disekitarmu penuh geledek menggelegar.

Pagi yang cerah, team building penuh dengan lomba. Salah satunya adalah lomba misterius dimana instruksinya hanya satu: siapa yang jago menggambar. Kelompok enam, kelompokku, ditawari untuk mengutus 2 orang untuk maju. Melihat kasak-kusuk tidak ada yang mau berdiri, aku mengajukan diri. Sementara di belakang, Novi didorong maju.
Mendengar instruksi, harus mengirim satu orang untuk ke baris paling belakang. Dengan sedikit kebingungan, Novi memilih di belakang. Sementara tugas menggambar, spidol jatuh ke tanganku. Setengah percaya diri, setengah ragu. Menyiapkan diri, tarik nafas...

Mendengar instruksi selanjutnya, nafasku terhenti di trakea. Orang di depan, menggambar menghadap ke papan tulis tidak boleh ke belakang. Sementara orang yang di belakang harus memberikan petunjuk benda-benda yang digambar. Ada 10 kelompok, ada 10 suara. Dan Novi bukan, hmm maksudku, aku tidak pernah melihatnya atau bahkan mendengarnya atau bahkan mengenalnya untuk mengeluarkan suara yang besar... Bagi yang tidak tahu, Novi adalah gadis dengan perawakan yang tergolong sederhana dan tidak boros ruangan. Anda dapat menarik garis lurus pada dirinya, tidak perlu mengeluakan kurva-kurva. Kesederhanaan raga yang hanya dapat diidam-idamkan sebagian besar insan dara dan jadi dambaan banyak wanita. Namun sekali ini Aku meminta maaf Nov, bukan lancang, tapi dengan badan mungil gemulai sepertimu bahkan suara terbesarmu masih akan kalah dengan suara-suara terkecil dari utusan kelompok lain. Merenungkan hal ini, lenganku lemas rasanya...

Perlombaan dimulai, aba2 diberikan. Dan belum semenit dimulai... Aku tidak bisa mendengar apapun, organ cortiku terkulai. Suara membahana seperti perang meriam. Aku tak tahu Novi ada bersuara atau tidak... Memasang telinga yang masuk hanya teriakan2 dari kelompok lain... Namun tiba2 aku sadar... Bagaimana membedakan suara Novi... Oh ternyata bisa! Bukan karena aku familiar... Suaranya masih asing bagiku, karena aku mendengar dia berbicara hanya sebanyak jari di tanganku... Jika dia berbicara dan Anda mengumpulkan 5 wanita lainnya, aku tidak akan bisa membedakannya... Bukan dari warna suaranya aku membedakan dirinya. Tapi dari volume. Di tengah gegap gempita, suaranya adalah suara yang sayu, suara yang sendu. Sekeras-kerasnya dia berbicara, namun bagaikan riak-riak kolam di tengah hujan, tertelan. Namun oasis bunyi yang kucari, suaranya, dengan hati2 kuteliti mendengar.

Menggemuruh.... Bukan suaranya...
Menggelegar... Bukan suaranya...
Menggempar... Bukan suaranya...
Ada suara yang pelan di antara badai bagaikan cerminan langit di danau pegunungan yang berair tenang... Inilah suaranya...

"Tabung", hanya itu yang bisa kutangkap dari instruksinya. Kata-kata yang lain hanya samar2, diterkam teriakan-teriakan kata2 yang saling timpa tak beraturan. Dengan sebisa dan secantik mungkin, kugambar tabung yang tampaknya kurang makan... Gemuk di kanan, kurus di kiri... Alasnya yang terlihat di bagian kir bagaikan lingkaran malas... Setengah elips, setengah parabola... Di sebelah kanan titik-titik perlambang alas yang terlihat terlukis dengan penuh kepenatan...

jongkok... menunggu dan mencari... suara Novi... Air tenang  diantara perang badai petir hujan... Terdengar... terdengar... Sebuah instruksi sederhana: "Tidak pakai titik-titik" sisanya kembali teredam suara berebutan masuk telinga. Titik2 yang kelelahan pun kuhapus...

Seisi kelas ribut, penuh ramai, tertelan suara-suara tak jelas asal dan tak jelas usul... Instruktur mengambil langkah... Instruksi diberikan secara bergantian... Namun dasar mahasiswa... Bakat ributnya tak bisa ditekan... Tak perlu lama, sebelum semuanya berebutan berteriak, tertawa, dan berteriak lagi...
Sebelum keributan Novi telah mnuntunku menggambar jajaran genjang dalam tabung, namun belum sempat dia melanjutkan... Pecah Perang Suara entah yang keberapa kalinya.

Suara lembutnya dengan cepat tergilas tank-tank kata-kata "Segitiga, segiempat, bukan disitu!". Bahkan untuk mendengar suaranya adalah hal yang mustahil. Telingaku dah penuh sesak dengan kata2 dan suara dan tawa dan entah apa lagi, tak yakin Novi dapat masuk degan kerumunan yang berdesak-desakan memukul gendang telingaku yang malang ini.

Terkulai, tutup spidol terpasang. Setengah menyerah... Mereka semakin bergebu-gebu memburu instruksi atau perintah? atau komando? yang jelas, sewaktu diberi tahu, "2 menit lagi" Semua berebut berkata-kata seakan bumi akan tiada dalam waktu 2 menit lagi. Tak ahu apakah Novi ada bersuara? Kalaupun ada aku tidak bisa mendengarnya, suara2 di belakang semakin menggila, memecah membelah...

namun keajaiban memang ada di dunia. Pada saat aku mengira, suara Novi tak mungkin bisa muncul di puting beliung kata ini, bagaikan embun di gurun Sahara, suaranya muncul... Bukan samar2, tapi cukup bisa kudengar... Suara sayu dan sendu yang berkata "Garis! Jajar genjangnya tarik garis!" dan kembali menghilang terinjak-injak teriakan-teriakan yang menjejali meatus auditorius eksternusku... Tarik garis!!! Kembali menunggu lagi suara pelannya namun waktu habis...

Lomba ronde ini selesai... Dan penilaian dilakukan... Aku sudah tidak berharap banyak... Apakah kalah? LIhat gambar2 kelompoki lain... Ada yang berbentuk ada yang bagai pesta bidang datar yang termutilasi, ada yang reuni garis-garis, ada yang tampak seperti gambar psudo Escher... Hmm... Mungkin ada harapan...

Gambar asli diperlihatkan... Kaget! Ternyata di luar dugaan dan segala akal sehat... Selain garis diagonal gambarku seperti pinang dibelah dua... Kelompok kami dapat nilai angka... Tidak disangka, instruksi yang diberikan dengan suara yang terdengar sayup-sayup lebih berbentuk daripada yang diberikan dengan suara menggelegar...
Konon katanya antara saya dan dia adalah hubungan ekstrasensorial... Mungkin ada, namun itu tidak penting, yang benar adalah... Aku bisa mendengar suaranya, karena dalam suaranya adalah keheningan dalam keributan, oasis di tengah gurun, danau tenang di bawah Niagara... Aku tidak mencari suaranya... Suaranyalah yang datang padaku... Terimakasih Novi, kau telah mengajarkan ku bagaimana mencari sesuatu yang indah dalam dunia yang ribut ini.
Pembelajaran seumur hidup. Setiap hari adalah penemuan yang baru.
Sekian.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar